KAJIAN PSIKOLINGUISTIK BAHASA ORANG YANG MEMILIKI KELAINAN JIWA DITINJAU
DARI PRODUKSI BAHASA DAN PEMAHAMAN BAHASA
Nurul Hikmah
Universitas Pendidikan
Indonesia
nurulhikmaharahman@yahoo.co.id
Abstrak
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan dengan ciri
hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari
hubungan antar pribadi normal yang sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindra). Bagi penderita skizofrenia tak menutup kemungkinan akan adanya gangguan
atau kelainan dalam berbahasa sehingga jelas akan menghambat proses komunikasi
si penderita dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Penyakit ini diduga
disebabkan karena faktor psikososial dan faktor genetik. Orang yang mempunyai
masalah dengan lingkungan sosialnya hingga menyebabkan stess yang berlebihan
akan mudah terkena penyakit ini. Sedangkan anak yang orang
tuanya menderita skizofrenia diduga akan memiliki peluang terkena skizofrenia
10%.
Hasil
analisis menunjukkan bahwa objek yang memiliki kelainan jiwa (skizofrenik), mampu memanfaatkan tahapan produksi bahasa seperti konseptualisasi, formulasi, artikulasi, dan self-monitoring meskipun tidak konsisten. Selain itu
bahasa skizofrenia itu dipahami berdasarkan unit-unit pemahaman
Bahasa, seperti fonetik dan fonologi , morfologi,
sintaksis, dan teks tidak konsisten sepanjang seluruh
percakapan.
Kata Kunci
Skizofrenia, faktor, produksi, pemahaman
Pendahuluan
Manusia
dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi bahasa mempermudah kemampuan
belajar dan mengingat, memecakan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa
memungkinkan individu mengartikan peristiwa dan objek dalam bentuk kata-kata.
Dengan bahasa individu mampu mengabstraksikan pengalamannya dan
mengkomunikasikannya pada orang lain karena bahasa merupakan sistem lambang
yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran
Bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam
arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan
(Chaer, 2002:33). Bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi sosial. Ini adalah dasar (hakiki) bahasa
sejak kelahirannya. Sebagai alat komunikasi, bahasa dipakai untuk berinteraksi
antarwarga masyarakat bahasa itu. Karena bahasa digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan,
sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka
fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya
tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan.
Dalam kajian psikolinguistik,
kita menemukan bahwa bahasa itu bukan hanya memengaruhi pikiran melainkan juga
berfungsi meningkatkan pikiran. Fungsi demikian itu dapat dirasakan oleh siapa
saja yang ‘belajar’ melalui jasa bahasa, baik lisan maupun tertulis. Selain itu
tujuan utama dari kajian psikolinguistik pada dasarnya yaitu untuk menemukan
struktur dan proses yang melandasi kemampuan yang dimiliki oleh manusia dalam
berbicara dan memahami bahasa serta menggali apa saja yang terjadi ketika
seorang penutur sedang berbahasa. Manusia
dalam ilmu linguistik telah menjadi objek. Hal ini disebabkan karena bahasa
pada hakekatnya adalah milik manusia. Banyak hal yang dapat dikaji dalam diri
manusia yang menyangkut bahasa, diantaranya yaitu masalah pemerolehan bahasa,
perkembangan bahasa serta masalah kelainan dalam berbahasa. Jika kita kaitkan
dengan ilmu psikologi, maka faktor psikologi yang dimiliki oleh masing-masing
penutur bahasa tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pemerolehan serta
perkembangan bahasa.
Dalam penelitian ini, penulis
akan mencoba meneliti gangguan
psikolinguistik yang dialami oleh penderita skizofrenia. Bagi penderita skizofrenia akan ada kemungkinan gangguan
atau kelainan dalam berbahasa sehingga jelas akan menghambat proses komunikasi
si penderita dengan lingkungan dan masyarakat sekelilingnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis memilih judul
Kajian Psikolinguistik Bahasa Orang yang
Memiliki Kelainan Jiwa Ditinjau dari Produksi Bahasa dan Pemahaman Bahasa untuk mengkaji lebih dalam hal yang
berkaitan dengan penyakit skizofrenia, khususnya tentang faktor dan gejala
skizofrenia, keanehan-keanehan apa saja yang dialami oleh penderita dalam
berkomunikasi serta membuktikan kecocokan antara teori-teori tentang penyakit
skizofrenia dengan kenyataan di lapangan. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit
skizofrenia. Kritik dan saran akan selalu penulis harapkan untuk perbaikan ke
arah yang lebih baik bagi penelitian ini.
Bahan dan Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini bahan di dapat dari objek
yang penulis teliti yaitu pria berusia 30 tahun bernama Andi Robandi dan
beralamat di Desa Tenjonagara Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut. Dari objek
tersebut penulis memperoleh informasi terkait dengan masalah skizofrenia.
Metode
yang dipakai penulis dalam penilitian ini adalah metode simak libat cakap (Sudaryanto 1993)
dengn teknik wawancara dan teknik catat dengan daya pilah sebagai pembeda
reaksi dan kadar keterdengarannya (sudaryanto 1993:25).
Setelah data
diperoleh, kemudian dianalisis secara sistematis berdasarkan urutan
permasalahan yang telah diformulasikan. Metode yang digunakan untuk
menganalisis data adalah metode padan dengan alat bantu berupa tulisan-tulisan
atau teori-teori yang relevan. Untuk menyajikan hasil analisis data,
digunakan metode informal, yakni metode
penyajian hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata biasa
yang rinci dan terurai atau deskriptif. Metode ini dilakukan untuk memperoleh
laporan atau hasil analisis data yang lengkap dalam penelitian ini.
Hasil dan Pembahasan
Andi
Robandi. Pria, usia 30 tahun, sudah
hampir lima tahun mengalami perubahan tingkah laku, tepatnya setelah ia gagal
masuk di perguruan tinggi Negeri ternama di Bandung. Sebelum tingkah lakunya
semakin aneh, sebut saja AR, mengalami perubahan tingkah laku berupa sering
bingung, sulit tidur, mondar mandir tanpa sebab, dan gelisah. Pada awalnya AR
merupakan pemuda yang sangat pintar dan cerdas. Selain itu dia juga merupakan
pemuda yang taat dalam hal beragama.
Semakin hari tingkah lakunya semakin aneh. AR merasa ada
suara-suara aneh yang selalu terdengar ditelinganya. Konon, suara tersebut
seperti suara orang-orang sedang menggunjingnya atau menjelek-jelekannya.
Selain itu ia juga sering mendengar bisikan yag ia artikan sebagai wahyu dari
Tuhan. Terkadang ia menagis, mengamuk bahkan tertawa tidak karuan. Kemudian
orang tuanya pernah membawa AR ke salah satu tempat pengobatan alternative di
sebuah pesantern ternama di Tasikmalaya. Beberapa waktu dirawat di tempat tersebut,
ada perubahan pada diri AR, meskipun secara ARikologi belum dinyatakan normal,
karena ia masih sering mendengar bisikan-bisikan yang membuat ia gundah
gelisah. namun AR kini mampu mengontrol emosinya. Dan mampu berkomunikasi
dengan orang sekitar.
Satu tahun belalu, AR mengalami peningkatan perubahan
tingkah laku yang tak wajar yaitu berupa
bertambah bingung, bicara sendiri, gelisah, terkadang menangis, sulit tidur,
masih sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya. Berawal dari
kedatangan teman-temanya, yang ingin menjenguk AR, teman-teman seperjuangan AR
ketika masuk ke PT impiannya. Kesuksesan yang diraih teman-temannya, yang
berbanding terbalik dengan dirinya, membuat AR merasa iri dan akhirnya membuat
AR meratapi kegagalannya yang telah lalu, dan membuat psikologinya kembali terganggu.
Jika ditelusuri dalam
riwayat kesehatannya, AR tidak mempunyai riwayat gangguan ARikiatri sebelumnya.
Pada riwayat medis umum, tidak didapatkan demam, kejang, maupun trauma kepala
serta penurunan kesadaran sebelum gejala ini muncul. AR juga tidak
mempunyai riwayat mengkonsumsi obat-obatan maupun alkohol. Sedangkan dilihat
dari kepribadiannya sebelum ia sakit, AR termasuk orang yang ramah, tidak
pernah mengalami kesulitan dalam bergaul dan termasuk orang yang gampang
bergaul.
Dari observasi yang penulis lakukan, keanehan atau
kelainan-kelainan yang dialami objek adalah dapat dideskripsikan sebagai
berikut: objek sering mendengar suara-suara aneh, berbicara sendiri, menangis,
dapat merespon pertanyaan dengan Bahasa yang semakin lama semakin tidak
terstruktur.
Bahasa Skizofrenik Pasien
Semi Tenang
Pemroduksian bahasa AR ini sedikit
mengarah pada pemakaian tahapan-tahapan
pemroduksian bahasa, seperti yang diungkapkan oleh Scovel (2002),
tahapan-tahapan konseptualisasi, formulasi dan artikulasi, dan monitor. Akan
tetapi, Pemakaian tahapan-tahapan pemroduksian bahasa ini cenderung belum
sempurna. Terkadang masih sama seperti pasien gundah gelisah yang terutama
terjadi di tengahtengah percakapan. Pada awal percakapan dengan si pasien semi
tenang ini, AR kategori ini menggunakan tahapan-tahapan tersebut dengan
sempurna. Berikut adalah contoh pemakaian tahapan-tahapan pemroduksian bahasa
oleh AR dengan sempurna yang terjadi di bagian awal percakapan:
Data 1
P :“Siapa
namanya?”
AR :” Robandi, Andi Robandi”
P : “Ingat ngak sekarang hari apa?”
AR : “Sabtu sekarang, bukan?”
P : “Kalau Sabtu dirumah mengerjakan apa
biasanya?”
AR : “Saya kerja”
Data di atas merupakan penggalan pada bagian awal
dari percakapan panjang antara peneliti dengan pasien skizofrenik Data di atas
menunjukkan bahwa AR dengan sempurna menggunakan tahapan-tahapan pemroduksian
bahasa, yakni tahapan konseptualisasi, formulasi,
artikulasi, dan monitor. Pada tahapan konseptualisasi, AR mampu menyandingkan
atau menggabungkan proses berpikir yang sintaksis dengan imagistik, yang berupa
gerakan tubuh. AR mampu menempatkan gerakan tubuh dan sejenisnya dalam satu
konsep yang baik.Setelah dikonseptualisasi, konsep-konsep AR itu mampu
diformulasikan dan diartikulasikannya dengan baik sehingga dengan demikian,
artikulasi yang berupa respon terhadap pertanyaan peneliti dengan lugas dapat
dilakukan, dan bahkan konsep-konsep yang berupa jawaban atas pertanyaan
peneliti dapat dijawab dengan sempurna. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan
AR yang tidak setuju atas pernyataan atau ujian peneliti yang mengatakan bahwa
Tenjonagara adalah ibu kota Indonesia. AR mengatakan dengan tegas bahwa Jakarta
adalah Ibu kota Indonesia dan bahkan dengan lugas AR menambahkan bahwa
Tenjonagara adalah desa kelahirannya yang terletak di Garut selatan.
Pada Monitor, AR dapat memakainya
dengan baik. Artinya, AR selalu melakukan evaluasi terhadap artikulasi atau
ujarannya. AR bahkan telah mampu mengontrol pikirannya. Hal ini ditunjukkan
pada saat AR menjawab pertanyaan dengan kalimat retorika, yaitu:
“Sabtu sekarang, bukan?”
yang
berarti bahwa AR merasa yakin kalau hari ini adalah hari Sabtu. Selain dari
pada itu, AR terkadang tidak mampu memakai tahapan-tahapan pemroduksian bahasa
dengan baik. Dengan kata lain, AR gagal menerapkan tahapan-tahapan yang
dimaksud, seperti terlihat dalam contoh berikut.
Data 2
P : sudah makan belum?
AR : (Tiba-tiba nadanya ketus sekali), “Tidak tahu saya, sudah kayaknya.
(DIAM) begitulah kejadiannya, saya merasa tidak sakit sebenarnya, karena yang
dulu saya dikatakan sakit, terus saya sembahyang.
Data di atas merupakan penggalan ditengah-tengah
percakapan. Data di atas menunjukka n bahwa kegagalan AR memakai tahapan
konseptualisasi, formulasi, dan monitor artikulasinya. AR gagal menempatkan
gerakan imagistik atau motoriknya ke dalam konsep berpikirnya, sehingga AR
gagal menjawab pertanyaan peneliti apakah dia sudah makan atau
belum. Untuk menjawab pertanyaan ini AR mengatakan tidak tahu, tetapi disusun
dengan mungkin sudah. Di sini juga terjadi kegagalan AR dalam memformulasi
konsep-konsepnya sehingga AR cenderung asal
jawab dan ujarannya asal keluar saja dari bibirnya, tanpa ada koherensi yang
baik. AR juga gagal melakukan evaluasi atau monitor terhadap artikulasinya
sendiri. Terutama ketika dihubungkan penggalan percakapan di atas dengan
penggalan percakapan berikutnya atau bagian akhir percakapannya, seperti
ditunjukkan oleh contoh berikut:
Data 3
P : “Sudah lama sakitnya?”
AR : “(DIAM LAMA SEKALI)… saya tenang, satu hal lagi memang begitu yang sakit-sakitan kan memang begitu bingung. Saya anak tenang. Begitu saya pernah menanyakan. Saya kan dapat anugerah dari Gusti Allah . Saya bilang, “khususon ahli kubur, Raja
wali Citra Televisi Indonesia kenapa begini, kenapa setiap hari saya mendapatkan musibah?, setiap saya tidur, ada sinar”.
Data di
atas menunjukkan bahwa AR telah
gagal memformulasikan konsep berpikirnya
ke dalam alam bawa sadarnya, sehingga AR pun tidak mampu memonitor atau mengontrol ujarannya.
Dari
sudut pandang pemahaman bahasa, bahasa AR dianalisis berdasarkan bunyi,
bentuk, dan teks itu tersendiri disamping dari kontek penggunaannya
dengan menghubungkan Bahasa dengan unsur luar bahasa seperti pikiran,
budaya dan situasi pemakain bahasa itu. Pemahaman bahasa
skizofrenik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemahaman
unsur-unsur fonetik dan fonologi
Bahasa
skizofrenik dapat dipahami dari unsur fonetik, yaitu bunyi bahasa dan unsur
fonologi, yaitu sistem bunyi bahasanya. AR mengalami banyak fenomena kebahasaan
yang tidak teratur secara keseluruhan, semakin lama semakin kacau. Secara fonetik,
ujaran AR dapat dipahami bahwa Bahasa skizofrenik bukanlah pada pengucapan
fonemfonem. Sama halnya dengan pemahaman Bahasa secara fonologis, AR semi
tenang awalnya menunjukkan bahwa dia mampu mengucapkan ujaran yang mengikuti
kaedah sistem bunyi. Bagaimanapun, hal semacam ini tidak tampak lagi pada
bagian pertengahan dan akhir percakapan, seperti ditunjukkan dalam data
menunjukkan bahwa secara fonologi AR tiba-tiba saja berbicara dengan memakai
nada yang sangat keras dan cenderung meninggi. Oleh peneliti hal ini sangat
bermakna lain, apalagi kejadiannya sangat tiba-tiba. Hal ini menunjukkan bahwa
AR gagal mempertahankan sistem bunyi yang dikuasainya.
2.
Pemahaman
aspek morfologi
Sama halnya
dengan aspek fonetik dan fonologi, aspek morfologi bahasa skizofrenik pasien
semi tenang digunakan secara tidak konsisten dari awal, pertengahan, sampai
akhir percakapan. Pada awal percakapan yang ditunjukkan dalam data 2, kata atau
pembentukan kata yang dilakukan oleh AR ini cenderung sangat tepat dan
memerhatikan kaidah-kaidah yang berlaku. Hal ini tidak terlihat pada
pertengahan dan akhir percakapan yang ditunjukkan pada data 3. Pada data 3 AR
gagal mempertahankan unsur-unsur morfologi yang dikuasainya sehinggasusunan
kata yang semestinya mampu membentuk frase tidak terjadi dan bahkan kurang
memperhatikan kaidah yang berlaku
3.
Pemahaman
aspek sintaksis
Sama halnya
dengan aspek fonetik, fonologi, dan morfologi, aspek sintaksis Bahasa
skizofrenik digunakan secara tidak konsisten dari awal, pertengahan, sampai
akhir percakapan. Pada awal percakapan yang ditunjukkan dalam data 3, kalimat
yang diujarkan oleh AR sangat berstruktur dan bersistem. Struktur batin
kalimatnya terlihat dengan jelas direpresentasikan oleh struktur lahirnya. Akan
tetapi, hal ini tidak terlihat pada pertengahan dan akhir percakapan yang
ditunjukkan pada data 3. AR gagal mempertahankan struktur kalimat akibat
struktur frase yang kacau sehingga struktur kalimat menjadi sedikit kurang
berstruktur.
4.
Pemahaman
aspek semantik dan pragmatik
Pada awal
percakapan pada data 2, AR dengan lugas
mampu bercakap-cakap dengan baik,karena respon yang diujarkannya sangat
bermakna dan mampu menjawab setiap pertanyaan peneliti. Dalam fase ini tidak
tampak adanya gangguan asosiasi atau ARikosa fungsional pada AR. Bahasanya lugas
dan dapat dimengerti karena unsur-unsur fonetik, fonologi dan sintaksis dipakai
dengan baik. Akan tetapi, memasuki fase pertengahan dan terakhir, pemaknaan ujaran tidak mampu dipertahankan.
Banyak terjadi distorsi atau kekurangnyambungan atau keretakan informasi yang
ditunjukkan oleh ujaran AR sehingga ada beberapa pertanyaan yang gagal
dijawabnya.
Simpulan dan Saran
Dari pemaparan dan penjelasan aspek-aspek yang dikaji pada penelitian
ini, yaitu aspek bahasa dan perilaku objek yang menderita kelainan jiwa (skizofrenik),
dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran seperti berikut ini:
·
Simpulan
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan
yang dapat timbul karena faktor stres yang telalu berlebihan sehingga dapat
menyebabkan pemikiran kacau pada si penderita dan
akhirnya berujung pada penyakit skizofrenia. Penyakit ini juga bisa timbul
karena faktor genetik atau faktor keturunan yang dibawa sejak lahir. Gejala
yang timbul pada pengidap skizofrenia antara lain berupa gejala positif dan
gejala negatif. Gejala-gejala ini jika terus dibiarkan akan menimbulkan dampak
yang sangat buruk bagi penderita baik dari segi fisik, psikologi maupun dari
segi sosial
Pemroduksian bahasa skizofrenik memanfaatkan
dan menggunakan
beberapa tahapan, seperti konseptualisasi, formulasi, artikulasi, dan monitor diri. Objek
menggunakan tahapan-tahapan pemrodukasian bahasa secara tidak konsisten.
Pemahaman bahasa skizofrenik
berupa pemahaman unsur-unsur fonetik dan fonologi, morfologi, sintaksis, dan
teks. Pada pederita skizofrenik ini, unsur-unsur fonologi, morfologi,
sintaksis, dan teks digunakan secara tidak konsisten dari awal sampai akhir
percakapan. Secara umum perilaku
skizofrenik mengandung gangguan asosiasi yang mengakibatkan perubahan mendadak
dan ketidakjelasan dari satu konsep pikiran. Skizofrenik sejatinya
mengekspresikan dirinya dengan bahasa pada strata linguistik yang tinggi, yaitu
pada semantik dan pragmatik. Skizofrenik adalah unik, esentrik, dan banyak
metafora.
·
Saran
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit kejiwaan yang
membahayakan jika terus dibiarkan tanpa ditanggulangi dan diobati serta dapat
menyerang siapa saja. Oleh sebab itu, mulai dari sekarang tanggaplah terhadap
gejala-gejala yang timbul dari penyakit skizofrenia dan segeralah periksakan
diri ke psikiater jika memang
terdapat keanehan-keanehan tingkah laku. Bagi penderita skizofrenia, dukungan
dari orang-orang terdekat, khususnya keluarga, akan sangat diperlukan sebab hal
tersebut merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi penderita
skizofrenia.
Ucapan Terimakasih
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah Azza wa
Jalla yang selalu mengurus hidup saya dengan segenap cintaNya yang mengalir
dalam tarikan nafas saya, atas nikmat terindah yang telah dia berikan buat
hambaNya. Sudah jelas, tanpa ada campur tangan dariNya, saya yakin artikel ini
tidak akan pernah selesai.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen
kami bapak Drs.
Kholid A. Harras, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Psikolinguistik, berkat bimbingan beliau artikel ini bisa
hadir secara utuh ke hadapan para pembaca. Dan tak lupa, ucapan terimakasih
yang tak henti penulis haturkan kepada kedua orang tua, yang senantiasa
memberikan dukungan dalam setiap aspek kehidupan penulis. Juga kepada
teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Juga ucapkan
terimakasih penulis sampaikan untuk bang
Andi (selaku objek penelitian) dan keluarga serta bapak Lurah desa Tenjonagara
yang senantiasa memberikan informasi-informasi yang bermanfaat bagi penulis.
Pustaka
Rujukan
Chaer,
Abdul. 2002. Psikolinguistik (Kajian Teoritik). Jakarta: Rineka Cipta.
Harras,
A. Kholid. 2009. Dasar-Dasar
Psikolinguistik. Bandung: UPI Press.
Wiramihardja,
A. Sutardjo. 2005. Pengantar ARikologi
Abnormal. Bandung: Refika
Aditama.
Nevid, S. Jeffrey, dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Dardjowidjojo,
Soenjono. 2003. Psikolinguistik:Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
[Online]. Tersedia: http://www.forumsains.com/artikel/mengenal-penyakit-skizofrenia-salah-satu-gangguan-ARikosis-fungsional/
[26 Oktober 2010]
Riwayat Hidup
Penulis
Nama :
Nurul Hikmah
Tanggal Lahir :
13 Juni 1989
Alamat
Rumah : Jampangkulon, Sukabumi
Kos : Jalan Sersan surip, Ledeng
Bandung, Jawa
Barat
Pendidikan :
S1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Email :
nurulhikmaharahman@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar